Kisah Pilu di Balik Reruntuhan
Jejak Bencana Sukabumi – Mengabadikan Kisah, Menyusun Solusi

Bencana di Sukabumi mengajarkan bahwa mitigasi harus menjadi prioritas. Kehilangan dan penderitaan para korban mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan, kebijakan yang tepat, dan kesiapsiagaan agar tragedi serupa tak terulang.
LENA, 38 tahun, masih ingat betul hari itu. Akhir Desember 2024, hujan deras mengguyur Sukabumi. Irwansyah (18), anak sulung mereka yang baru beberapa menit pamit untuk berangkat ke sekolah di SMA Palabuhanratu, mendadak kembali ke rumah karena jalan menuju ke sekolah tertutup longsor.
Syahroni yang tidak ingin anaknya terkendala bersekolah, ia pun memutuskan untuk tetap mengantar anaknya. Mereka pun berangkat dengan menunggangi sepeda motor. Saat tiba di ruas jalan yang tertutup longsor, Syahroni dan Irwansyah terpaksa melanjutkan berjalan kaki.
Dengan penuh kasih, Syahroni bahkan menggendong anaknya melewati jalan berlumpur agar bajunya tetap bersih untuk bisa mengikuti ujian di sekolah.
Setelah berhasil melewati jalan yang tertutup timbunan tanah longsor, Syahroni dan anaknya melanjutkan berjalan kaki. Supaya tidak terlambat ke sekolah, sang ayah meminjam motor temannya untuk melanjutkan perjalanan, sementara motornya sendiri, ia tinggalkan di lokasi longsor.
Komentar