Sekilas Info

Peluang Investment Market dalam Situasi Konflik Geopolitik

Talkshow literasi investasi dengan tema ‘Menakar Efek Gejolak Timur Tengah Terhadap Ekonomi Indonesia,’ yang diselenggarakan oleh Tumbuh Makna, Kamis 26 Oktober 2023.

dailyklik.id, Jakarta - Dinamika global masih diterpa ketidakpastian. Belum usai konflik antara Rusia-Ukraina. Dunia saat ini mengalami turbulensi kembali. Serangan Hamas ke Israel memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah. Pasokan komoditas kembali tersendat. Naiknya harga minyak memberi dampak ke berbagai negara.

Di saat negara-negara sedang mengalami permasalahan inflasi, ketegangan politik di kawasan memicu permasalahan lainnya. Data International Monetary Fund (IMF) bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9% pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3%.

Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Bambang Hirawan mengungkapkan bahwa negara-negara Timur Tengah merupakan produsen minyak mentah, sehingga sudah tentu perang Hamas-Israel akan memicu ketidakstabilan mengganggu pasokan energi dan pangan yang berujung naiknya harga minyak dan komoditi.

“Sektor energi dan pangan ini adalah faktor pemicu inflasi secara global. Padahal sebelum ada perang tersebut, kita berpikir bahwa pressure dari inflasi global sudah mulai menurun, namun ternyata kita dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel. Ini seperti kembali pada titik sebelumnya,” kata Fajar dalam diskusi Tumbuh Makna, bertema ‘Menakar Efek Gejolak Timur Tengah Terhadap Ekonomi Indonesia,’ yang diselenggarakan di Casa Living Senopati, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2023.

Baca juga: Indonesia Mampu Hadapi Kontraksi Ekonomi Dunia, Analis: Kuncinya Fokus Energi Terbarukan dan Investasi Sesuai Profil Risiko

Fajar menambahkan ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan Tiongkok. Saat ini Amerika berada pada tekanan inflasi, sehingga memaksa The Fed harus menahan daya beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar. Sementara Tiongkok saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan.

“IMF melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme dikarenakan pressure inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global," ujarnya.

"Kita berharap ketegangan Amerika dan Tiongkok pun mereda sehingga ada normalisasi yang dapat membuat iklim ekonomi kembali membaik,” imbuhnya.

Meski begitu, di tingkat nasional, Fajar optimis bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5%. Apalagi tahun politik akan mendorong belanja masyarakat.

Baca juga: Sektor Investasi Aman di Indonesia, Meski Suku Bunga The Fed Mengalami Kenaikan

Dia pun mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Perlu diketahui, 50% dari pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, sisanya dari investasi, kemudian ekspor dan impor. Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas,” pungkasnya.

Tumbuh Makna: Dinamika membuahkan peluang

Selanjutnya 1 2 3
Penulis: Fauzan Nur
Editor: Redaksi

Baca Juga