Survei: Isu Keamanan Siber Agenda Utama Organisasi di ASEAN
Jakarta - Hasil survei terbaru Palo Alto Networks mengungkapkan sebanyak 92 persen organisasi di Asia Tenggara meyakini bahwa keamanan siber merupakan prioritas bagi para pelaku bisnis, menyusul perubahan yang diakibatkan pandemi COVID-19.
"Pandemi telah menjadi katalis bagi para pemimpin bisnis di ASEAN untuk memberi perhatian lebih besar pada langkah-langkah pertahanan keamanan siber mereka," kata Field Chief Security Officer Palo Alto Networks, Ian Lim, yang ditulis Selasa (29/3/2022).
"Lebih lagi dalam mengelola tenaga kerja jarak jauh di tengah-tengah era yang mengutamakan digital, keamanan siber harus diintegrasikan secara horizontal di seluruh aspek bisnis dan turut dilibatkan dalam setiap kegiatan korporasi," imbuhnya.
Lebih lanjut, para pemimpin bisnis juga telah mengambil tindakan nyata untuk meningkatkan kemampuan keamanan siber organisasi mereka, dengan 96 persen organisasi memiliki tim IT internal khusus yang bertanggungjawab untuk mengelola risiko keamanan siber.
Selain itu, lebih dari dua pertiga (68%) berencana meningkatkan anggaran keamanan siber mereka pada tahun 2022, didorong oleh adopsi teknologi keamanan generasi berikutnya (48%), kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan keamanan siber yang ada (46%), dan kebutuhan untuk mengoptimalkan operasi (44%).
Di Indonesia sendiri, bisnis juga memiliki keprihatinan khusus mengenai anggaran keamanan siber mereka saat ini, sehingga 67 persen pelaku bisnis di Indonesia berencana untuk meningkatkan anggaran keamanan siber mereka pada tahun 2022.
Lebih lanjut, kerja jarak jauh membawa tantangan keamanan siber baru.
Responden survei melaporkan bahwa, tantangan paling besar di Indonesia adalah kebutuhan untuk mendapatkan solusi keamanan siber yang lebih luas untuk melindungi diri mereka dari ancaman siber (63%) dan peningkatan transaksi digital dengan pemasok dan pihak ketiga lainnya (57%) .
Komentar