Cuitan Ferdinand Hutahaean

Oleh: *Albertus Patty
Sebaiknya kasus FH (Ferdinand Hutahaean) segera ditutup. Tak perlu diperumit sampai ke ranah hukum. Kita tak perlu baper untuk cuitan lucu kekanak-kanakan ini. Alasannya 2 hal.
1. Tidak jelas siapa yang dibidiknya. FH mencuit "Allahmu lemah, perlu dibela. Allahku luar biasa!" Tidak jelas siapa yang dia maksud dengan 'mu'. Bisa seagama, bisa beda agama. Bisa juga, seperti yang dikatakannya, dialog internal dalam dirinya. Tak ada satu pun yang perlu tersinggung.
2. Seandainya cuitan FH ditujukan bagi umat Kristen, apakah kita perlu tersinggung? Tidak perlu juga karena teologi Kristen memegang keduanya sekaligus: Allah itu luar biasa dan maha segalanya, tetapi Allah juga lemah dan rapuh.
Betapa lemah dan rapuhnya Allah sehingga Ia hadir sebagai bayi yang diletakkan dalam palungan. Bayi yang perlu 'dibela' dengan mengungsikanNya ke Mesir. Allah dalam diri Yesus yang lemah sehingga mati secara hina di tiang kayu salib.
Baca juga tulisan Albertus Patty: Intelektual: Tradisional dan Organik?
Memang, teologi Kristen memiliki konsep Allah yang paradoks: Allah yang omnipotent tetapi juga the vulnerable God, Allah yang lemah dan rapuh yang merasakan juga kerapuhan manusia dan dunia.
Bagi umat Kristen, Allah secara sukarela menjadi lemah dan rapuh. KesukarelaanNya itu untuk menunjukkan solidaritas dan cintaNya kepada umat manusia dan dunia yang dikasihiNya.
Secara sosial, "Allah yang lemah" itu menjadi sumber inspirasi cinta dan solidaritasNya kepada sesama dan dunia. Allah sendiri menjadi teladan untuk aksi solidaritas dan cinta itu.
Secara personal, Allah yang melemahkan diriNya untuk masuk langsung ke tengah umat manusia dan dunia itu memberi pesan "Aku hadir". Inilah yang menjadi mata air kekuatan dalam menghadapi kemelut dan tantangan hidup.
Komentar