Sekilas Info

Intelektual: Tradisional dan Organik?

Dr Albertus Patty

Oleh: Dr Albertus Patty

Saat PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) menyelenggarakan kongresnya, saya teringat pada pemikiran Gramsci tentang kaum intelektual.

Dia menyingkap adanya persoalan besar yang dialami oleh kaum intelektual atau kaum intelegensia, dan mungkin juga ini dialami dan digumuli oleh Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia.

Antonio Gramsci, pemikir Neo-Marxis asal Italia, memaparkan konsepnya tentang kaum intelektual dan peranannya dalam masyarakat. Menurut Gramsci, kaum intelektual terbagi atas dua kategori, yaitu intelektual tradisional dan intelektual organik Pembagian dua kategori itu tidak terlepas dari relasi kuasa antara negara dan masyarakat, terutama relasi antara penguasa dan masyarakat yang dikuasai.

Menurut Gramsci, intelektual tradisional adalah mereka yang bertugas sebagai kepanjangan tangan pemerintah untuk mengarahkan masyarakat agar menyepakati ide-ide yang dikehendaki oleh pemerintah.

Kaum intelektual ini memberikan pengaruhnya dengan memanfaatkan pengetahuan untuk mendukung kelas penguasa.


Baca juga:
Kekuatan Publik dan Media dalam Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua
Baca juga:
Makassar Diguncang Teror Bom, Apa Peran BIN ?


Mereka adalah para dosen atau guru, pimpinan institusi, pejabat-pejabat di lingkungan pemerintahan yang dengan pengetahuannya yang luas dan statusnya turut mendukung penyebaran isu yang dilempar oleh penguasa kepada masyarakat.

Tentu saja fungsi mereka itu bukan sesuatu yang gratis. Ada kepentingan atau motif yang pasti menguntungkan posisinya.

Oleh karena itu, kaum intelektual tradisional ini biasanya menempati posisi-posisi strategis dalam pemerintahan.

Selanjutnya 1 2 3
Penulis: Albertus Patty
Editor: Redaksi

Baca Juga