Jejak Cornel Simanjuntak Dihidupkan di Pematangsiantar Melalui Diskusi Publik dan Pelatihan Jurnalistik
Saat pendudukan Jepang, Cornel bekerja di Keimin Bunka Shidosho, Jakarta. Ia diminta membuat lagu propaganda, tetapi pengalaman itu memperkaya teknik musiknya melalui interaksi dengan komponis Jepang, Nobuo Lida.
Ketika Indonesia bergerak menuju kemerdekaan, Cornel ikut bertempur di Karawang, Jakarta, dan Yogyakarta. Ia tertembak di paha saat pertempuran di Senen-Tangsi dan menderita penyakit paru-paru, sebelum akhirnya dirawat di Sanatorium Pakem, Yogyakarta, tempat ia meninggal pada usia 25 tahun.
Meski tubuhnya melemah, Cornel tetap berkarya. Lagu-lagu perjuangan legendaris seperti Maju Tak Gentar, Tanah Tumpah Darahku, dan Indonesia Tetap Merdeka lahir dari masa-masa terakhir hidupnya dan menjadi denyut nadi bangsa.
Usai diskusi, acara dilanjutkan dengan pelatihan jurnalistik yang dibawakan jurnalis senior Fetra Tumanggor. Peserta belajar prinsip dasar jurnalistik, etika pers, dan teknik menulis berita yang jelas dan ramah pembaca. Bagian praktik dipandu Dedy Hutajulu, yang mengajarkan penggunaan template 5W+1H. Metode learning by doing ini memungkinkan lebih dari 60 peserta—kebanyakan mahasiswa pers kampus—menghasilkan naskah berita yang terstruktur dan fokus.
Menjelang penutupan, Jon Roi Tua Purba menekankan pentingnya mengaplikasikan keterampilan jurnalistik dalam kegiatan nyata. Ia menyampaikan pesan agar mahasiswa tetap menjaga kualitas informasi melalui karya jurnalistik yang beretika, akurat, dan bermanfaat bagi masyarakat.







Komentar