Sekilas Info

Jejak Petualang di Pulau Babi: Menyibak Luka Tsunami 1992 yang Belum Sembuh

Retakan patahan hasil penelusuran tim yang diduga pemicu gempa tsunami 1992 silam.

Dailyklik.id, SIKKA – Tiga dekade lebih berlalu sejak gempa dan tsunami dahsyat mengguncang Pulau Babi, Sikka, namun jejak luka dan kehilangan masih terasa nyata. Pada Selasa, 7 Juli 2025, tim Jejak Petualang TRANS7 bersama Dailyklik.id kembali menapaki pulau mungil itu—bukan sekadar dokumentasi perjalanan, melainkan ziarah kemanusiaan untuk mendengar, merasakan, dan mengingat tragedi yang nyaris dilupakan.

Di atas puing kenangan dan bekas pondasi sekolah, Ibu Habiba, penyintas yang masih bertahan hidup di sekitar lokasi, menceritakan detik-detik tsunami 12 Desember 1992. Laut mendesis, langit runtuh, dan dalam hitungan menit, rumah, keluarga, dan masa depan digulung gelombang raksasa. “Suami saya meninggal di sini. Ponaan saya dikubur di atas sana,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca, sambil menunjuk nisan yang nyaris ditelan tanah.

Di sisi lain pulau, Ibu Mariati, warga Nangahale yang masih menggantungkan hidup dari hasil laut Pulau Babi, menambahkan kisahnya. “Kami diungsikan setelah tsunami, tapi hati saya selalu tertinggal di sini. Di sinilah tempat kami mengais rezeki.”

Tak hanya di darat, tim Jejak Petualang juga menyelam ke kedalaman laut sekitar Pulau Babi sehari sebelumnya. Di sana, mereka menemukan patahan geologis besar—retakan menganga di dasar laut yang diduga sebagai titik awal tsunami mematikan. Dinding batu yang terbelah panjang itu seolah menjadi saksi bisu dari kedahsyatan gempa 7,8 SR yang meluluhlantakkan Flores dan merenggut sekitar 2.000 nyawa.

“Retakan itu nyata. Seperti luka terbuka yang belum sempat dijahit,” ujar salah satu penyelam tim Jejak Petualang. Suasana penyelaman pun mencekam—hanya ada suara gelembung dan arus laut yang mengalun lirih, seolah menyimpan cerita yang tak pernah selesai.

Selanjutnya 1 2
Penulis: Faidin
Editor: Dedy Hu
Photographer: Faidin

Baca Juga