Sekilas Info

Monitoring ke Situs Meriam Bottot, Data Ini yang Diperoleh Komantab

Meriam Bottot yang terdapat di Desa Sitardas, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Tapteng - Komunitas Menjaga Pantai Barat (Komantab) kembali mengunjungi Meriam Bottot di Desa Sitardas, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara.

Monitoring Meriam Bottot 3.0 tersebut berlangsung selama dua hari pada Sabtu dan Minggu (5-6/9/2020) pekan lalu.

Tenda pun didirikan di perbukitan bersebelahan dengan bukit dimana Meriam Bottot berada. Di bukit itu pula terdapat arena Kamping yang cukup aduhai.

Selain memiliki hamparan tanah datar sekitar seluas 50 meter persegi, dari bukit itu juga view teluk Tapian Nauli tersaji dengan indah. Duduk manis ditemani segelas kopi dan hembusan angin sejuk, tak akan terlewatkan.

Monitoring pun diawali dengan melakukan pencatatan pohon yang tumbuh pasca ditanam pada Monitoring 2.0 pada Juli lalu.

"Penanaman pertama memang dilakukan untuk menguji tanaman apa saja yang bisa tumbuh di perbukitan, pasalnya kondisi tanah yang tandus dan ekstrim, dan ternyata sejumlah pohon akhirnya berhasil tumbuh," kata Kordinator Monitoring Dian Iradhani Pribadi dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Kamis (10/9/2020).

Disebutkan juga bahwa sejumlah pohon yang berhasil tumbuh diantaranya Mangga, Rambutan, Matoa, Cemara Laut, Petai dan Bambu.

"Jumlahnya sekitar 15 pohon dari 60 an bibit yang ditanam," kata Dian.

Peroleh Data Baru

Monitoring lain, lanjut Dian menyebutkan yakni pengamatan kondisi terkini Meriam Bottot.

Dia juga menerangkan, saat dilakukan pengamatan, kembali ditemukan sisa piringan grenda yang menguatkan dugaan upaya pencurian material Meriam masih saja dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

"Tentu ini sangat disayangkan," tutur perempuan berkacamata itu.

Dian mengungkapkan tim monitoring juga melakukan penyusuran terhadap Bungker di perbukitan tersebut. Dimana ditemukan sebanyak dua Bungker di dua bukit yang bersebelahan.

Sayangnya, tim tidak menemukan jejak tahun pembuatan Bungker tersebut. Kondisi Bungker, saat ini semakin mengkhawatirkan karena mulai tertimbun tanah dan tertutup rumput.

"Tim mencoba membersihkan, meski hanya bagian-bagian penting saja, dan tidak melakukan penggalian tanah, karena tidak didukung alat memadai," ucap Dian.

Sementara itu, sambung Dian, monitoring lain dilakukan menyangkut potensi sumberdaya alam di perbukitan Meriam Bottot dan di kawasan pantai.

Hasilnya tim, kata Dian, menemukan ragam jenis Kantong Semar (Nepenthes), dimana terdapat sedikitnya enam jenis Kantong Semar yang tumbuh subur di perbukitan Meriam Bottot.

Terdapat pula sumber mata air bersih, Goa tanah, serta di perairan ditemukan Belut Moray (moray eel) serta ada juga habitat Elang Laut di hutan rimbun tak jauh dari Meriam berada.

Dian menegaskan, smua potensi yang ditemukan sementara telah dicatat sebagai hasil monitoring Komunitas. Menurut dia, data-data tersebut tentu memperkaya data penting di kawasan Meriam Bottot.

"Dan ini pula yang menguatkan kami dari Komantab untuk terus mendorong agar kawasan perbukitan Meriam Bottot ini dapat di konservasi dengan melibatkan multipihak," kata Dian.

Koordinator Monitoring ini menambahkan bahwa hasil monitoring tersebut akan disusun dalam sebuah laporan dan dijadikan referensi bagi monitoring selanjutnya.

"Komantab tentu akan kembali melakukan monitoring secara terjadwal, orientasinya tentu agar potensi kekayaan di kawasan Meriam Bottot dapat terjaga dan terlindungi," pungkasnya.

Penulis: Otti Batubara
Editor: Redaksi
Photographer: Doc. Komantab

Baca Juga