Sekilas Info

Agama, Kasih dan Peradaban

Ilustrasi Logika

Agama hanya membuat kita menengadah penuh harap ke langit, dan sebaliknya melupakan bahwa di depan kita ada tangisan pengemis minta makan.

Mungkin baik saya berikan satu perkataan Rorty yang saya terjemahkan: "Dari sudut pandang ini, Socrates berbalik dari para dewa, Kekristenan berbalik dari Pencipta yang Mahakuasa kepada orang yang menderita di Kayu Salib, dan para pemikir aliran Bacon beralih dari ilmu pengetahuan sebagai kontemplasi kebenaran abadi kepada sains sebagai instrumen kemajuan sosial" (hlm.33).

Baca juga: Intelektual: Tradisional dan Organik?

Daripada bersibuk menyembah Tuhan, lebih baik orang membantu yang lain, mengeluarkannya dari penderitaan, ataupun kegiatan sosial lainnya. Pemujaan Tuhan menjadi ideologis, karena berujung pada kekerasan.

Kritik Rorty ini sangat menohok. Tetapi menurut saya ada benarnya. Konteks zaman ini menunjukkan bahwa terdapat orang-orang yang sibuk menyembah/mengelukan nama Tuhan, tetapi laku pikir, kata, dan tindaknya mencerminkan kekerasan, penghinaan, ataupun ujaran kebencian.

Nama Tuhan seringkali dipakai sebagai alasan untuk membunuh, ataupun digunakan demi kepentingan politik, ataupun segelintir orang. Orang menjadi semakin membenci satu sama lain ketika melangkah keluar dari tempat-tempat ibadah. Kasih berusaha dilucuti dari agama-agama!

Baca juga: Teknologi AI Dalam Penyebaran Informasi Palsu, Tantangan dalam Pemilu

Namun, Indonesia berbeda dengan Rorty yang sama sekali menolak agama. Dalam konteks Pancasila, Indonesia menolak penempatan agama pada wilayah pribadi (privat). Namun, yang dimaksud Pancasila bukanlah agama yang mempunyai otoritas sakral untuk mengatur dan mencampuri moralitas privat warganya.

Ketuhanan dalam Pancasila menjadi dasar perjuangan bagi sila-sila yang lainnya. Di dalam Pancasila, bangsa mempunyai landasan moral, yakni moralitas ketuhanan.

Redem Kono
Redem Kono. (Ist)

Selanjutnya 1 2 3
Penulis: Redem Kono
Editor: Redaksi/Vis

Baca Juga