Sekilas Info

Literasi, Budaya ‘Getok Tular’ Hingga Kehadiran News Aggregator

Ilustrasi literasi baca

Oleh: Hery B Manalu*

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.(wikipedia)

Rendahnya literasi di Indonesia disebabkan oleh masyarakat yang kurang sadar akan manfaatnya. Lebih dari itu, beberapa orang bahkan masih belum mengerti makna literasi.

Literasi, kemampuan membaca dan menulis. Keduanya belum menjadi membudaya. Padahal, perkembangan ilmu dan budaya harus dimulai dari keduanya

Beberapa lembaga survei menyatakan fakta rendahnya budaya literasi di Indonesia. Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan, pada tahun 2012 budaya literasi di Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negera yang disurvei.

Indonesia menempati urutan ke-57 dari 65 negara dalam kategori minat baca, data Unesco menyebutkan posisi membaca Indonesia 0.001%—artinya dari 1.000 orang, hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca. Hasil survei tersebut cukup memprihatinkan.

Programme for International Student Assessment peringkat literasi Indonesia adalah nomor 64 dari 72 negara)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis pencapaian nilai Programme for International Student Assessment (PISA), (Kemendikbud.co.id Selasa 6 Desember 2016)

Penelitian yang pernah dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah.

Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama "The World’s Most Literate Nations", menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana.
(Kompas.com 26/6/2019)

Indonesia yang pernah menempati ranking 60 dari 61 negara dalam hal literasi dan membaca. Tapi, berdasarkan hasil survei World Culture Index Score 2018, kegemaran membaca masyarakat Indonesia meningkat signifikan. Indonesia menempati urutan ke-17 dari 30 negara.(wartaekonomi
co.id 22 April 2019)

Masyarakat Indonesia memang lebih terbiasa mendengar dan berbicara daripada berliterasi. Coba lihat saja, berapa waktu yang rata-rata orang habiskan untuk menonton televisi per hari?

Berapa waktu yang digunakan untuk mengobrol? Bandingkan dengan sedikitnya waktu yang disisihkan untuk membaca dan menulis.

Belakangan kebiasaan warganet merujuk dari data APJII. Motivasi warganet Indonesia dalam mengakses internet, yang tertinggi ternyata bukan akses media massa daring atau berita, melainkan media sosial dan mencari hiburan.

Kini anak generasi yang mengandalkan medsos sebagai tempat utama memperoleh berita dibandingkan media konvensional seperti televisi.

Dari data yang dipaparkan Reuters Institute, sebanyak 51 persen responden mengaku memanfaatkan media sosial (Medsos) sebagai sumber berita.

Terdapat 28 persen anak muda berusia 18 hingga 24 tahun yang mengungkapkan medsos lebih utama sebagai sumber berita dibandingkan televisi yang hanya memperoleh 24 persen.

Keberadaan medsos ditengah masyarakat yang rendah literasi akan mengubah perilaku masyarakat dalam memperlakukan konten-konten berita. Sebuah konten berita yang menarik di medsos bisa dengan cepat menyebar dikalangan pengguna lainnya.

Selain media sosial, aplikasi pengumpul berita atau news aggregator juga berkembang cukup pesat sebagai wadah masyarakat memperoleh berita. Perilaku orang memperoleh informasi pun berubah.

Menurut Reuters Institute, 36 persen responden mengaku membaca berita karena direkomendasikan secara otomatis oleh mesin yang bekerja di belakang platform.

Cara ini menghasilkan persentase pembaca berita lebih tinggi dibanding konten-konten yang direkomendasikan oleh jurnalis atau editor.

Konten dari news aggregator dimoderasi dan berasal dari sumber terpercaya. Selain itu, teknologi kecerdasan buatan yang ada di belakang platform akan mengirimkan informasi berdasarkan minat warganet sendiri.

Indonesia tingkat literasi masyarakat masih rendah (menurut dari data dari Programme for International Student Assessment peringkat literasi Indonesia adalah nomor 64 dari 72 negara) plus budaya getok tular, gampangnya membagi informasi ini tidak disertai dengan budaya menelaah.

News aggreator?, harapannya perubahan positif dan daya kritis. Semoga wadah dan peran news aggregator signifikan penyaring berita hoax. (*)

*Penulis adalah Redaktur pada DailyKlik.id

Baca Juga