Jurnalisme dan Trauma
Asa Dibalik Erupsi Gunung Sinabung
Medan - Tepat pada tanggal 20 November 2021 yang lalu, delapan tahun sudah waktu berlalu, ketika ribuan masyarakat petani yang berabad-abad menetap di Desa Suka Meriah, Desa Bakerah dan Desa Simacem.
Terpaksa harus mengungsi, akibat kampung halamannya itu terkubur Erupsi Gunung Sinabung, yang ada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Namun, Elbina Bru Ginting, Parida Bru Ginting dan Farida Bru Sitepu, memilih menetap di zona paling berbahaya, yang ada di Desa Kuta Tengah dan Desa Berastepu.
“Kalau kami diluar tinggal jauh dari kampung ini, kami tidak punya modal, dan tidak punya ladang, jadi disini ladang kita, ya disini lah kita bercocok tanam untuk cari makan," ujar Farida Bru Sitepu.
Sementara itu, peneliti dari Universitas Sumatera Utara (USU), Yusak Maryunianta menyebutkan bahwa masyarakat Karo khususnya para penyintas Erupsi Gunung Sinabung sangat kreatif karena tidak ingin mengalami stagnasi ekonomi walau dilanda badai bencana.
“Saya melihat spirit mereka untuk mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya lebih kreatif itu nampak lebih besar," ujar Yusak saat disambangi tim Jurnalisme dan Trauma DailyKlik TV, Senin (29/11/2021) lalu.
"Mereka tidak mau lagi mengalami semacam stagnasi ekonomi dan rumah tangga dengan adanya erupsi berikutnya dan mereka harus antisipasi itu dan mereka siap melakukan kegiatan apapun," imbuhnya.
Komentar