Demokrasi yang Disandera Para Bandit
Oleh: Bung Amas, S.IP
Demokrasi di negeri ini sedang sakit keras. Ia tak lagi berjalan di atas rel semestinya. Kita seolah hidup dalam sistem demokrasi, tapi praktiknya hanya tinggal nama. Nilai-nilai luhur yang dulu menjadi fondasi demokrasi kini diinjak-injak oleh mereka yang rakus kuasa dan haus harta. Demokrasi telah direbut oleh para bandit politik.
Dalam teori, demokrasi adalah kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Tapi hari ini, realitasnya berubah menjadi dari rakyat, oleh oligarki, dan untuk kepentingan segelintir orang. Rakyat hanya dijadikan penonton dalam panggung besar politik elektoral yang penuh tipu daya.
Kita terlalu sibuk dengan pesta lima tahunan, seolah-olah itu puncak demokrasi. Padahal, yang sejati dari demokrasi adalah musyawarah, gotong royong, dan partisipasi sadar warga negara dalam mengawasi jalannya kekuasaan. Kini semua itu tergeser oleh budaya transaksional—politik uang, janji palsu, dan kekuasaan yang diperjualbelikan.
Para elit yang seharusnya menjaga marwah demokrasi justru menjadi perusaknya. Mereka membentuk semacam “konsorsium kekuasaan” yang memonopoli akses terhadap kebijakan publik, proyek, dan sumber daya negara. Oligarki merajalela, rakyat dirampok secara sistematis, sementara hukum dan moral ditundukkan di bawah kepentingan pribadi.
Kondisi ini tidak boleh dibiarkan. Demokrasi harus dievakuasi—diselamatkan dari tangan para perampok. Demokrasi bukan milik politisi busuk, bukan juga milik para pemilik modal yang menjadikan rakyat sekadar alat tukar suara. Demokrasi adalah rumah besar bagi seluruh rakyat Indonesia, tempat kita bersama membangun keadilan, kesejahteraan, dan kebahagiaan.