Sekilas Info

Jangan Lupakan Pembangunan Sishankamrata?

Dr Rasminto (Direktur Eksekutif Human Studies Institute dan Dosen Geografi Manusia UNISMA)

Sayangnya para Capres hanya berdebat seputar persoalan “hard power” pertahanan saja dengan lingkup pengadaan Alutsista dan anggaran pertahanan tanpa menyentuh masalah soft power pertahanan khususnya bagaimana pekerjaan kita dalam membangun nation and character building melalui penguatan Sishankamrata.

Jangan Lupakan Pembangunan Sishankamrata?

Oleh : Dr Rasminto (Direktur Eksekutif Human Studies Institute dan Dosen Geografi Manusia UNISMA)

DI balik rimbunnya hutan dan jajaran pegunungan yang memayungi nusantara, terdapat sebuah hakikat yang mengakar dalam setiap jengkal tanah Indonesia. Sebuah konsep yang melampaui sekadar pertahanan militer atau tugas kepolisian, namun merembes ke dalam jantung setiap warga negara. Itulah hakikat dari Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), sebuah asa bersama untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan tanah air.

Seiring embun pagi yang menari di atas sawah, kita menyadari bahwa pertahanan dan keamanan bukanlah beban yang hanya dipikul oleh seragam Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau pakaian coklat Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Ia adalah tugas yang diemban bersama oleh seluruh lapisan masyarakat, meresap dalam setiap sendi kehidupan sehari-hari. Inilah inti dari Sishankamrata, sebuah konsep revolusioner yang melibatkan seluruh bangsa dalam menjaga rumah kita yang tercinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tak pelak, keberhasilan Sishankamrata bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Setiap warga, tanpa terkecuali, diundang untuk menjadi pelaku utama dalam melindungi kedaulatan negara. Di kampung-kampung terpencil hingga perkotaan gemerlap, suara gotong royong membentuk sinergi yang kuat, memperkuat pagar tak kasat mata yang melingkupi bangsa ini.

Tidak hanya dalam ranah militer, melainkan juga di panggung peradaban. Sishankamrata, sapaan akrab untuk Sishankamrata, membawa makna lebih dari sekadar tugas-tugas struktural. Ia adalah panggilan untuk pemberdayaan setiap komponen bangsa, dari kaum petani yang mengolah tanah hingga pemuda-pemudi yang berkreasi di dunia digital hal tersebut perlu dibangun melalui nation and character building atau pembangunan karakter dan identitas nasional sebagai soft power pertahanan.

BACA JUGA
Harapan (buat) Panglima TNI Baru: Membangun Ketahanan Siber Nasional di Era Digital

Sebab, di balik sejarah yang tumbuh subur dan keberagaman yang memayungi Indonesia, terdapat tugas yang mendesak untuk membangun bangsa yang kuat dan karakter nasional yang kokoh. Proses membangun identitas nasional tidak hanya sebatas pada pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi juga merangkul nilai-nilai yang mempersatukan segenap lapisan masyarakat.

Langkah pertama dalam membangun sebuah bangsa yang solid adalah mengakui dan menghargai keberagaman. Indonesia, sebagai rumah bagi berbagai suku, agama, dan budaya, memiliki keunikan dalam perbedaan. Dalam keragaman inilah terbentuk pondasi yang kuat untuk membangun karakter nasional yang inklusif.

Pendidikan menjadi sarana utama dalam proses pembentukan karakter nasional. Di setiap sekolah, tumbuhlah generasi penerus bangsa yang tidak hanya mahir dalam bidang akademis, tetapi juga ditanamkan nilai-nilai moral, kebangsaan, dan kepemimpinan. Kurikulum yang mencakup sejarah, kebudayaan, dan nilai-nilai Pancasila menjadi instrumen untuk memperkukuh rasa nasionalisme.

Selain itu, partisipasi aktif masyarakat juga penting dalam membangun karakter nasional. Melalui berbagai kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan, warga negara dapat merasakan kebersamaan yang mempererat ikatan persatuan. Program-program pengembangan keterampilan dan kepemimpinan di tingkat lokal hingga nasional juga dapat membentuk individu yang memiliki tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

Media massa juga memiliki peran besar..

Selanjutnya 1 2
Penulis: Devis Karmoy
Editor: Devis Karmoy

Baca Juga