Jejak Langkah Pemuda, Polarisasi, dan Panggilan Moral
![](https://www.dailyklik.id/wp-content/uploads/2022/10/IMG_000000_000000-11-1.jpg)
Jejak Langkah Pemuda, Polarisasi, dan Panggilan Moral
Oleh: *Amas Mahmud
Bertepatan dengan Jumat, 28 Oktober 2022, pemuda Indonesia kembali merefleksikan momentum istimewa. Dimana pada, 28 Oktober 1928 silam pemuda Indonesia telah berikrar dalam bentuk Sumpah Pemuda. Pemuda dibingkai dalam spirit integrasi. Solid dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Di era itu, Indonesia masih jauh dari kemerdekaan.
Dari seluruh penjuru Indonesia, pemuda bersepakat bahwa kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Sejarah penting tersebut bukan hanya meninggalkan jejak seremoni, berkumpulnya pemuda lalu melahirkan legacy. Namun, lebih dari itu ialah memberi pesan moral yang lestari dalam nafas sejarah. Tidak mudah pemuda Indonesia yang majemuk bersatu.
Tapi kenapa disaat itu bisa dilakukan?, Kini pemuda terpolarisasi dalam organisasinya yang bernama KNPI.
Dalam garis sejarah, Hari Sumpah Pemuda ke-94 ini pemuda harus merefleksikan perjalanan panjang tersebut. Perjalanan yang berliku, perjuangan untuk lepas dari kolonialisme. Merdeka dari praktek perbudakan, semua memerlukan soliditas dan perjuangan berdarah-darah.
Banyak diantara kita yang menyebut, mencari alasan tentang kekompakan pemuda sebelum lahirnya deklarasi Sumpah Pemuda. Dengan enteng mereka menyebut dahulu pemuda bersatu karena ada musuh bersama "common enemy". Pemuda dikalah itu masih berada dibawah bayang-bayang kaum imperialis. Sekarang, tantangannya nyaris sama. Kita juga punya musuh bersama.
Musuh kita adalah kapitalisme. Propaganda antek globalisasi yang menghantam, meluluh-lantahkan kekompakan anak-anak bangsa.
Menghantam ketahanan pemuda agar tidak lagi berfikir kritis, dan menjadi budak dari kaum pemodal, politisi korup dan oligarki.
Komentar