Sekilas Info

Belanja Tenun Ikat Senilai Rp40 juta, Dian Oerip Bangga Atas Karya Penenun Alami Ummapura

Designer Nasional Dian Oerip saat bercengkrama dengan para penenun warna alami di kampung Ummapura, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, Nusa Tenggara Timur, Jumat (28/8/2020).

Alor - Designer Kondang Indonesia Dian Oerip mengagumi Alor ketika berkunjung ke salah satu tempat tenun kain sarung masyarakat Alor di kampung Ummapura, Desa Ternate, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Jumat (28/8/2020).

Ummapura merupakan salah satu kampung di desa Ternate yang terkenal dengan mata pencaharian masyarakat sebagian menenun kain sarung dengan pewarna alami.

Tenun ikat kain di ummapura adalah salah satu warisan leluhur turun-temurun di desa Ternate.

Baca juga: Tahap Ketiga BLT Desa Maru Diterima 108 KK, Warga Dihimbau Mengikuti Protokol Kesehatan

Tenun ikat kain sarung, salah satu keajaiban tenun terbaik di Indonesia yang terbuat dari warna alam biota laut dengan berbagai motif-motif lingkungan sekitar alam.

“Menurut saya tenuan ternate, salah satu tenun terbaik bagi saya karena saya keliling Indonesia untuk mencari keajaiban sebuah tenun. Saya jarang menemukan tenun memakai warna alam (biota laut). Karena dimana-mana biasanya memakai tumbuh-tumbuhan (darat). Saya bangga memakai tenun ternate dengan motif seperti kura-kura, ikan, dan lain-lain,” ungkap Dian kepada wartawan disela-sela kegiatan fashion show, Sabtu (29/8/2020).

Dian menjelaskan awal mengetahui tenun ikat Alor di Kupang, NTT. Kunjungan Dian ke Ummapura desa Ternate, Kabupaten Alor untuk melihat kerajinan masyarakat tenun dengan menggunakan pewarna alam.

"Sebenarnya pertama ke fatuamasi (Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT). Tapi ternyata hati ini membelokkan kesini (Alor). Jadi sebenarnya tidak terencana sama sekali, dan akhirnya saya sangat bersyukur dibelokkan Tuhan sampai kesini (Alor)", tandasnya.

Bukan hanya berkunjung dan melihat secara langsung tenun ikat, namun kata Dian harus membutuhkan perjuangan mempromosikan tenun ikat ke luar baik dalam Negeri maupun luar Negeri sehingga Alor makin dikenal dengan pewarna alam tenun ikat.

"Saya bantu jualkan live instagram kemarin (Jumat) langsung dari rumah penenun dan komunitas dan karya-karyanya saya membeli langsung, dan uang saya serahkan langsung kepada penenun. Sekitar empat puluhan juta dalam waktu satu jam dan mereka (penenun) menangis terharu karena seumur mereka (penenun) tidak pernah dapat hasil seperti ini,” beber Dian.

"Saya akan usulkan dan mengangkat tenunan pulau Alor khususnya Pulau Ternate ke luar negeri, karena biasanya saya keliling nusantara", katanya.

Bahagia dan berharap

Sementara itu, Sahari Karim kepada Daily Klik mengatakan bahwa kedatangan Dian Oerip ke kampung ummapura tanpa sepengetahuan kelompok penenun dan masyarakat sekitar.

"Kami (penenun) tidak mengetahui rencana kedatangan mba Dian dan secara tiba-tiba. Tapi kami masyarakat penenun terharu dan menangis melihat (uang) yang terkumpul dalam beberapa menit. Kami ibu-ibu penenun Desa Ternate terharu dengan kehadiran mba Dian,” ungkap Sahari.

"Kami berterima kasih kepada mba Dian bersama teman-teman yang mendukung kami, karena kami masih tersembunyi dibalik batu. Kami bersyukur mungkin inilah jawaban Tuhan atas pengeluhan dan dengan air mata kami,” tambah Sahari.

Penenun warna alami asal Ummapura ini mengisahkan bahwa kampung Ummapura Desa Ternate, Kabupaten Alor hanya penghasil kayu bakar dan akar-akar kulit pewarna alam. Di laut gumbulan ombak bertumbuh dengan biota laut bagaikan pewarna alam.

Ia pun melantunkan kisah bernada sedih, sembari berharap tenun ikat asal Ummapura terus dikenal hingga ke manca Negara.

"Jaman berganti generasi pun berganti seiring dengan perkembangan jaman. Sehingga tenun ikat warisan leluhur-leluhur kami berkembang ke dalam negeri (maupun) dipromosikan di luar negeri", kata Sahari dengan nada penuh harap.

"Semoga pemerintah bisa melihat kami juga. Karena akar alam itu memang tidak berbiaya, biar kami (lelah) namun kami tetap bekerja,” cetusnya.

Penulis: Markus Kari
Editor: Redaksi

Baca Juga