Dedy “Miing” Gumelar: Humor Lebih Efektif dari Pentungan

Jakarta – Sudah 75 tahun Republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya; 22 tahun di antaranya, negara ini sudah merasakan reformasi pemerintahan. Namun nyatanya, masyarakat masih mengalami kekangan atau pembatasan dalam berekspresi, termasuk dalam hal berhumor.
Pelawak dari grup legendaris Bagito, Dedy ‘Miing’ Gumelar, membagikan pengalaman dan pemikirannya yang begitu kompleks dalam dunia humor, baik sebagai pelaku komedi maupun wakil rakyat.
“Secara harafiah sebenarnya kita merdeka, tetapi secara sosiologis belum tentu. Sekarang yang punya kekuasaan secara struktural memang pemerintah, tapi yang berkuasa begitu banyak orang: dari organisasi masyarakat, LSM, sampai ada juga kelompok yang mengatasnamakan masyarakat padahal ketuanya dia anggotanya dia juga,” begitu pendapat dan kelakar Dedy ‘Miing’ Gumelar.
Sindirannya yang disampaikan di webinar “Merdeka atau Tapi: Sudah Merdekakah Humor Kita?” yang digelar Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3) di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (17/8/20) tersebut masih “gerrr”, meski kini melawak bukan lagi menjadi kesibukan utamanya.
Salah satu punggawa grup lawak legendaris Bagito itu mengatakan, humor sejatinya sangat dibutuhkan dalam beragam aspek kehidupan. Masyarakat bisa menggunakan humor sebagai katarsis atas kondisi yang tidak bisa mereka ubah dalam waktu singkat, sebagai alat berkomunikasi, hingga menjadi indikator kedewasaan masyarakat.
“Humor adalah indikator kedewasaan masyarakat. Kita bisa mentertawakan orang lain dan kondisi sekitar, tapi kita akan jadi orang yang paling dewasa ketika mampu mentertawakan diri sendiri. Sementara sekarang, banyak orang yang mudah marah, melayangkan somasi, dan lain-lain karena disindir lewat humor,” ujarnya.
Namun memang, para seniman dan pelaku komedi hendaknya memahami betul bahwa seperti kebebasan dalam berhumor itu juga terikat dengan norma, seperti halnya konsep kebebasan secara umum.
“Kebebasan atau kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini bukan berarti kita hidup di ruang hampa. Ada norma-norma di sini. Kalau bicara salah atau benar, humor mungkin tidak salah, tapi humor juga menyangkut secara etika, baik atau buruk ketika humor tersebut disampaikan ke publik?” jelas Dedy.
Dalam webinar yang diikuti oleh berbagai kalangan, dari akademisi, karyawan perusahaan, hingga seniman komedi ini, Dedy membagikan ragam pengalamannya dalam berhumor baik di atas panggung, di bawah panggung, maupun saat menjadi anggota DPR RI 2009-2014.
Dalam perspektif pelaku komedi yang pernah menjadi politisi, humor ia pandang sebagai alat berkomunikasi yang ampuh.
“Humor itu media yang paling efektif digunakan untuk berkomunikasi oleh semua kalangan, baik itu rakyat biasa, direktur bank, apalagi aparatur negara. Sebab pendekatan humor jauh lebih efektif daripada pentungan,” pesan Dedy.
“Sesungguhnya kelihatan sekali, kalau para pemimpin dari tingkat RT sampai presiden memiliki sense of humor, cara memimpinnya berbeda. Mereka akan memiliki kelenturan,” ujarnya.
Mendukung pemikiran Dedy, CEO IHIK3 Novrita Widiyastuti berpesan agar masyarakat mau terus berhumor dengan tetap memperhatikan adab dan etika yang berlaku.
“Jadi, tetaplah bersuara, tetaplah berhumor, agar berguna bagi orang lain. Supaya kedewasaan kita dalam berhumor makin meningkat,” tandas Novrita.
Tentang Institut Humor Indonesia Kini
Wadah yang memiliki tekad: Demi Humor yang Adil dan Beradab! ini adalah, pusat kegiatan humor di Indonesia yang mengelola humor secara serius dan profesional berbasis pengalaman, ilmu pengetahuan, dan riset dengan pendekatan multidisiplin ilmu juga multiprofesi.
IHIK3 sendiri didirikan oleh tiga orang penikmat, pelaku, sekaligus pemikir humor: Seno Gumira Ajidarma, Darminto M. Sudarmo, dan Danny Septriadi, IHIK3 menunjang kepakarannya di bidang humor melalui Library of Humor Studies, perpustakaan humor berisi ribuan literatur serta produk humor dari dalam maupun luar negeri.
Program IHIK3 sendiri sejauh ini adalah penerbitan buku humor, simposium humor, hingga hibah untuk penelitian humor. Humor itu serius, sehingga perlu diseriusi, dan IHIK3 berkomitmen untuk “menyeriusi” humor sehingga tercipta ekosistem dan ekonomi komedi.
Komentar