Warga Morotai Minta Skema Pembelajaran Baru, Begini Tanggapan DPR dan Dinas Pendidikan
Morotai - Dampak pandemi Covid-19 sungguh luar biasa. Segala sendi kehidupan terdampak virus dengan sebutan ilmiah corona diasease virus 2019. Salah satunya di sektor pendidikan secara mendadak berubah dengan model pembelajaran dalam jaringan (daring), begitu juga di Kabupaten Pulau Morotai.
Salah satu warga Desa Juanga, Pulau Morotai, Faisal mengatakan ditengah pandemi Covid-19 membuat manusia menjadi merana. Terutama bagi anak sekolah yang diperhadapkan dengan situasi tidak disangka.
Akibat Covid-19, hampir semua warga di Morotai mengeluh dengan sistem pembelajaran, misalnya dibuat kelompok lalu guru mendatangi kelompok belajar. Kadang peserta didik tidak siap dan berkeliaran di waktu belajar.
"Untuk proses belajar yang dibentuk kelompok lalu guru mendatangi kelompok peserta didik memang salah satu skema yang baik. Namun tidak juga efektif karena banyak peserta didik yang tidak siap. Tentu kita berharap ada skema baru," ujar Faisal kepada Daily Klik, Jum'at (7/8/2020).
Setelah diterapkan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru, kata Faisal, dirinya berharap ada skema pembelajaran baru dari pemerintah daerah. Misalnya sekolah di buka seperti biasanya namun dengan cara protokol kesehatan, yakni pakai masker, jaga jarak, rajin cuci tangan, dan lainnya.
Sementara itu, Anggota Komisi II DPRD Morotai Deny Garuda menanggapi soal keluhan warga dalam proses pembelajaran saat ini, Deny menyebutkan bahwa daerah masih mengacu pada peraturan Mendikbud untuk proses belajar.
"Kalau daerah-daerah yang belum memiliki akses internet bisa dikecualikan, karena Morotai masih zona hijau jadi proses belajar harus mengikuti protokol kesehatan," jesal Deny Garuda.
Sedangkan, Kadis Pendidikan Pulau Morotai F Revi Dara saat dikonfirmasi Daily Klik melalui saluran telepon, mangatakan di Kabupaten Morotai saat ini masih menghadapi segala keterbatasan terutama media daring.
“Memang jaringan internet kita siap, namun pegawai dan gawai (gadget, peserta didik serta orangtua siswa) tidak semua orang menggunakan android. Oleh karena itu secara online Morotai belum lakukan,” kata F Revi.
"Makanya pembelajaran tatap muka di kelas tidak bisa sesuai dengan edaran Menteri Pendidikan dan Menteri Kesehatan. Karena itu antisipasi petunjuk seluruhnya kita lakukan pembelajaran tetap di rumah. Guru yang mendatangi peserta didik, (dan) dikelompokkan ada yang enam orang per rumah dengan standar kesehatan pakai masker," beber Revi.
Lanjut Revi menyebutkan, untuk prosedur sesuai arahan Menteri Pendidikan tetap dilakukan karena daring maupun luring tidak bisa diterapkan, sebab masalah utama pada gadget yang tidak mendukung serta tidak semua siswa mempunyai handphone.
"Kondisi bencana ini tidak semuanya normal semua ada ketimpangan, tetapi kita tetap mengantisipasi seminal mungkin. Itu ada edaran Menteri Pendidikan tentang kurikulumnya itu tidak bisa harap 100 persen capai. Itu mustahil," pungkasnya.
Kadis Pendidikan F Revi Dara, juga berharap para orangtua dapat memahami kondisi Covid-19 karena pandemi ini terjadi tanpa direncanakan. Karena itu, pihaknya melakukan sesuai dengan kemampuannya.
"Pembelajaran ditengah Covid 19 tetap jalan, tetapi dengan keterbatasan guru mendatangi kelompok siswa. Oleh karena itu orangtua diharapkan mendukung ini sehingga anak siswa memperoleh ada beberapa dasar pembelajaran walaupun tidak maksimal. Maka kerjasama dan pengertian dengan masyarakat terutama orangtua sangat diperlukan," tutup Revi.
Komentar